Saturday 14 September 2019

chapter 3

SIKECIL BUDI

roy dan pak darsono duduk dilantai sambil meroko disudut ruangan.

"Roy budi itu orangnya ambisius ga pandang bulu seperti 12 tahun yang lalu saat dia smp..”

12 tahun yang lalu

“Yaaah indonesia melemah lagi mata uangnya” celoteh Seorang anak remaja muda yang menggendong kumpulan kotak donat. berjalan, menggigit potongan donat,  sambil membaca koran menelusuri trotoar,

Satpol pp yang sedang  berpatroli mengamankan anak jalan melihat budi yang terlihat seperti anak jalanan

“Hey bocah kamu berani-beraninya jualan disini hah.tidak melihat plang kau hah jangan lari kau!!”

“Waduh ribet ini urusanya” budi kecil itupun berlalri menuju pasar.

Menyelinap di keramaian orang. Satu persatu orang di lewati. Satpol pp mengejarnya,

“Tanggkap dia”

Orang disebrang sana membawa triplek besar. Ketika budi berlalri. Tiba tiba iya menghilang. Budi dengan cerdiknya mengikuti rombongan orang yang membawa triplek.

Budi berjalan menuju preman pasar. Menepuk preman itu mengeluarkan roko sembungkus. Dibuka dan ditarik sebatang . Lalu di tancapkan roko itu ke mulut preman yang sedang ngaso. Dan di nyalakan lah api

“Apa apaan ini” preman itu heran sambil menghisap roko tsb.
“Saya di kejar satpol pp . Ini wilayah mu kan. Saya hanya punya sebungkus roko, kalo kamu mau ambil lah semua”

“Haha berhubung rooko yang kamu kasih . Adalah roko yang biasa saya hisap ayo kita ber bisnis”

Sat pol pp datang

“Hey bocah jangan lari kau”

Preman itu berdiri

“Knapa bos”

“Itu anak jalanan yang sering berjualan di lampu merah harus kita tangkap, mana asal usulnya blom jelas”

“Kepala lu! Blom jelas itu anak gua. Gua cuman nyuruh dia bawa donat”

“Hah saya liat dia jualan donat, cuman selalu tidak kena saat kita kejar”

“Ya gua yang nyuruh bagi bagiin donat. Itu dagangan gua kalo ga abis mending di bagi bagiin “

“Ya sudah maap pak.”

Satpol pp itu pergi.

“Eh bocah nama lu siapa”
“Budi om. Makasih yah soalnya di belakang pasar udah banyak sat pol pp. temen gua semuanya yang ngamen . Pada di tangkep tangkepin”

“Hemm sindikat narkoba kali yah. Eh tadi biayanya dua bungkus roko loh”

“Yah kalo saya kasih 2 bungkus om minta 4 bungkus, kalo mau minta roko banyak minta sama pemerintah”

“Haha bocah tengik”

“Yasudah saya pulang dulu ‘ayah’”

Saat ini-

“Pertama kali yang memanggil ku ayah itu si budi kecil” pak darsono mengelap air matanya

“Wah kecil kecil cerdas dia pantas walupun dia miskin linknya banyak sekali saat ini”

“Iya lalu saya buat perkumpulan petarung dipasar. Biar ngelatih anak buah kalo, preman pasar lain ngusik kita”

“Trus budi ikut kah”

“Tidak dia hanya penonton setia”

10 tahun yang lalu

“Ayah kenapa ngelatih bertarung, kenapa tidak melatih berbisnis”

“Bisnis butuh modal besar budi”

“Lalu knapa bertarung, knapa semua orang harus kuat”

“Karna enak dapet duit , bisa meras, kalo ada yang ga suka . Kita bisa tindas”

“Hah mending jadi orang kaya ajah ayah.”

“Kalo jadi orang kaya, itu harus kaya banget ga boleh nangung. Kalo ada ancaman dari luar gimana?, lu harus punya bodyguard lagi”

“Whoo iya yah. Kalo kaya ga punya bodyguard. Trus di ancem. Abis semua “

“Tapi knapa lu tau tauan soal orang kaya”

“Iya ayah ku pernah melihat ada orang kaya baru, baru menang tender. Mereka mati semua. Mungkin mereka blom sempet kenal 'ayah’ sosok body guard"

“Oh yang ada di koran 11 tahun yang lalu yah”

“Iya ayah, saya jualan donat dulu dah . “

“Iya bud. Tapi jatah roko gimana”

“Kau sudah tua ayah, donat ku saja ini kalau mau. roko itu bahaya. “

“Dasar bocah tengik”

“Haha jaga diri baik baik ayah jaga kesehatan, dadah”

budi kecil itu berlari

- saat ini-

Roy memandang darsono

“Pantes kau di pukuli pak. Dia sudah baik dari dulu,”

"auuh" pak darsono memukul perut roy

"jangan sembarangan kau anak muda, dulu donatnya laku karna saya paksa seisi pasar mencicii donat nya sampai donatnya habis dan dia bingung harus ngapain lagi hari itu"

- 10 tahun yang lalu-

darsono mengelus kepala budi

"bagai mana bung lancar sudah perdagangan mu"

"lancar ayah. hemm tapi ayah ga mau menerima beberapa jatah dari hasil penjualan donat ku"

"wah kecil kecil punya otak bisnis juga kamu yah. tidak usah bud. kau kumpulkan saja uangnya hingga kau memiliki pabrik, karyawan dan beberapa cabang"

"hemm makasih banyak. budi ini sangat berhutang budi dengan ayah"

- saat ini-

Roy melihat pak darsono dengan tersenyum.

"hemmm kalian tuh berdua memiliki sifat yang sama yah padahal kalian tidak ada ikatan darah"

"kau tau setelah dia pikir pikir tentang body guard dan bisnis gelap, dialu ikut dalam club bertarung kecil yang ku buat dulu"

"se kecil itu?"

"iya dan lucunya. ada tigor badanya besar. sangat kesal dengan anak kecil. meliht budi dengan penuh remeh. dia menaruh uang 100rb."

"hah tigor simonster itu? buat apa uang itu?"

"kalau budi bisa memukul wajah tigor. budi mendapatkan uang tsb. tapi kalau budi tidak mampu memukul tigor, budi tidak boleh masuk di club bertarung saat itu."

"dan budi mampu pak?"

" dia tidak mampu memukul wajah tigor. tapi tigor sangat terkesan dengan budi. anak sekecil itu bisa membuat tigor kewalahan. dan pertarunganya hampir setengah jam"

"whhooooi gilaaaa . anak gila."

"dan dia terus berlatih, tak kenal waktu. selepas berjualan donat . sampai 5 tahun, pertumbuhan badanya cepat hingga. saat itu ia menantang tigor ."

"tigor tertawa ter kekeh kekeh dan menolaknya"

"lalu budi pulang kah"

"tidak dia menaruh uang satu juta, jika tigor mampu menjatuhkan budi. uang hasil penjualan donat itu semua milik tigor"

"wah pasti budi menang kan"

"TIDAK HAHAHAHA, dia menangis dan minta maaf kepada saya atas kesombongannya"

"wah kehidupan"

"dan mulai dari itu dia belajar lebih giat lagi dan lagi. menjaga attitude agar tidak sombong. dan tetep focus pada pertarungan"

Roy berdiri

"hah sepertinya saya harus berlatih"

darsono menghisap roko nya

"kau fikir budi sama seperti manusia pada umumnya yang bisa di ikuti roy"

"maksudnya?" roy heran.

"iya dia minta izin ke keuarga ku. untuk meminjam saya. haha dia berlatih tanpa henti. tak ada waktu untuk orang lain teman dan wanita pun tidak. dia fokus berlatih, dan saya mengajarinya terus menerus"

pak darsono berdiri

"yah makanya saya kekeh menjaga uang itu . karna saya tidak meminta sepersenpun uang dari melatih dia setahun penuh. karna saya peduli dengan pembangunan pabrik donat yang ia bangun"

roy keluar membuka pintu

"trimakasih cerita mu akan selalu menjadi semangat buat saya pak, beri salam ku untuk budi"

*Derr pintu tertutup.

No comments:

Post a Comment