Sunday 11 August 2019

Chapter 1

Aku butuh uang

     *tunununut tununut tununut* suara  hand phone berdering dalam genggaman seseorang . Dilayar HP tersebut. terlihat tulisan (contac -Tarji- sedang memanggil...). 
tanpa menunggu lama anak muda, bertubuh tinggi, kekar, dan  ber kulit coklat itu mengangkat telpon tersebut.

" halo, ada apa bang tarji?"
terdengar suara nafas yang begitu cepat dar dalam telpon 

"huuh huh- ga-ga-wat pa-pakk.pak  bu-udi" 

seseorang dari dalam telpon itu berbicara dengan nada tidak teratur 

" bang tarji tenang dulu, jangan terburu buru kalo ngasih informasi. pelan pelan yah, coba jelaskan dengan relax.''
" iya pak budi. maaf ini kelalaian saya,semalam pabrik kebakaran, diduga arus pendek listrik pak ."
"astaga kok bisa bang tarji... trus keadaan yang lain gimana?"
" iya pak.  semua tukang yang biasa nginep pada mudik kemarin. jadi pabrik semalam kosong. tidak ada yang sadar akan musibah ini pak. sampai tetangga baru tau pabrik kita kebakaran saat semua sudah ludes terbakar"
"yasudah tenang ya bang tarji. yang penting ga ada korban jiwa. saya segera kesana nanti malam. untuk mengurusi semuanya"

seorang pemuda itu pun menutup hand phone nya dan memasukan HP ke saku celananya.  ia menatap kearah depan dengan wajah siap . Ia langsung bergegas berjalan memasuki gedung club tinju terkemuka di jakarta. dengan langkah yang cepat dia jalan melesat. suara ketukan langkah kaki sangat jelas dari pantopel yang ia kenakan. lorong demi lorong dia lewati. gema langkah yang cepat pun sampai di hadapan pintu yang bertuliskan 

-MANAGER CLUB ROOM-

*tok tok tok* budi mengetuk pintu tersebut dengan sopan santun.

"pak darsono. ini budi, boleh saya masuk ?"
"silahkan budi"

budi membuka pintu dengan hati-hati dan menutup pintu tersebut dengan pelan-pelan. terlihat didalam ruangan ber AC itu. terdapat orang tua paruh baya berumur 50-an , berambut dan berjengot putih, dengan menggigit cerutu yang menyalah. Sedang duduk manis di bangku kantor dan meng-hengkang-kan kaki ke meja, sambil meng hitung duit. 

"silahkan duduk nak. "
"pak maaf bila saya mengganggu aktivitas bapak. saya punya masalah yang sangat urgen pak darsono "
"iya kenapa bud jangan tegang begitu. cerita lah ada apa?"

budi yang malu-malu langsung menggaruk kepalanya, dan berbicara  to the point.
"jadi gini pak, sebetulnya saya ga enak ngomongnya. hanya saja saya butuh sekali."
"iya butuh apa?"
"apakah saya bisa menerima hak saya.  soal uang saya, yang blom bapak bayar tiga bulan lalu. sejujurnya saya butuh sekali saat ini"

bapak tua itu tiba-tiba kaget, mengumpulkan uangnya yang sedang dihitung tadi, menurunkan kaki nya dari meja dan memasukan uang tersebut ke laci. dengan tatapan tajam pak darsono memandang budi dengan serius.

"uang? mana ada uang mu disini" bapak itu heran
"bapak jangan main main yah. saya mohon"

budi yang masih menahan wibawanya, ia merunduk mengepalkan keduatangan tangan di pungung belakangnya (sikap istirahat ditempat).  menunggu jawaban yang menenangkan dari pak darsono . namun pak darsono malah emosi melihat sikap budi yang kurang ajar, lalu bapak itu memadamkan cerutu ke asbak. 

"'main main' kata mu? kapan saya main main hah?!!..
heh masih bagus, saya menerima kau disini. Saya latih kau, menjadi kan kau petarung handal. tidak ada kata bercanda saat saya mengurusi kau disini. anggap saja uang kau sudah terbayar untuk utang budi mu ke club ini paham kau"

pak darsono dengan emosi menunjuk muka budi dengan jari yang penuh cincin tengkorak.
."camkan baik baik ga ada uang kau disini, bud!!!. kau sudah punya pabrik donat buat apa kau minta uang ke saya?"

budi pun geram dan mengencangkan grahamnya.

"pabrik donat saya semalam kebakaran pak. saya butuh uang renovasi. tolong lah saya!"

*Braaaaaak* darsono memukul meja yang menghalangi mereka berdua. 

"Itu kecerobohan mu anak muda. jangan kau sangkut pautkan masalah tersebut dengan ku, dengan club ini. "

muka budi berubah menjadi merah padam dan dia mulai melepas gandenganya dari blakang badan  dan mulai memajukan tangannya ke pinggang sambil mengepal tangan.

"uang tersebut kan hak saya. Seharusnya bapak tidak memperlakukan saya seperti ini"

pak darsono memandang budi dengan serius.

"halah udah lah jangan kau merengek seperti itu. Saya sedang sibuk-sibuknya hari ini. saya ingatkan bud. saya  bukan bapak mu. kau pengusaha donat yang lezat, masa tidak punya tabungan dari usaha mu itu?. kalo butuh duit cari kerjaan lain. jangan mengemis seperti itu disini, saya tak akan berikan!"

"pak, saya tidak main main pak, saat ini!!" 

budi naik pitam. Ia mulai melotot menahan emosi. tak terasa budi mulai membuka bajunya. pak darsono yang kaget melihat reaksi serius budi, langsung berdiri dari bangkunya, pasang badan untuk berkelahi, bila budi bertindak konyol.

"hey hey anak muda! lagak kau sekarang mau jadi jagoan yah? karna uang, kau ingin memukuli saya.  Bocah ingusan gak tau diuntung. Kacang lupa sama kulitnya!"
"maaf saya tidak suka berdebat"

budi menarik meja yang menghalangi mereka berdua dan membantingnya kebelakang. tak tertahankan budi mulai meluncurkan pukulan pertama dengan tangan kananya menujuh wajah darsono. namun dengan mudah di angkis Darsono oleh tangan kirinya. tanpa darsono sadar, bahwa pukulan mematikan budi adalah tangan kirinya. satu bogem mentah mendarat diperut darsono dlalu Ia terjatuh kebangku nya.

"bangshat, tak ada uang sepersen pun untuk mu keparat!"

pak darsono mencengkram pegangan bangku dan melempar bangku ke arah budi. budi menghindari serangan itu dengan menendang kursi yang melayang ke arahnya, hingga bangku tersebut terlempar ke jendela kaca, pecahanya pun terdengan hingga  ke luar ruangan.

"oh iya kalau begitu? akan saya buat uang saya kembali dengan paksa, pak darsono"

budi berlari dan menendang pak darsono. hingga bliau terjatuh dan terkulai kelantai.
budi menarik darsono sampai berdiri lagi dan memukulnya berkali kali. hantam-an budi mengenai pipi kanan dan pipi kiri Darsono lalu ditutup dengan over cut yang menjulang ke atas. hingga darsono terbelangak kebelakang jatuh. dengan darah yang memenuhi gigi darsono,  darsono tetep tegas tak akan kembalikan uang budi.

"bener bener anak biadab. pelatihnyasendiri  sampai di-peras seperti ini"
"HAH PEMERASAN KATA MU? . BAJINGAN"

*DAAR* dentuman pintu terbuka terdengar jelas- sebelum budi melakukan aksi anarkisnya. ada dua orang bertubuh atletis berkemeja putih dan celana bahan masuk kedalam ruangan tersebut.
salah satu pemuda berlari menuju tubuh pak darsono yang tergeletak terjatuh dengan penuh darah keluar dari mulutnya. merangkul kepala pak darsono dan meletakankepalanya di paha pemuda tersebut.
"ada apa ini pak darsono?"
"bukan urusan mu roy"
"kita semua seperti satu kluarga. bila ada yang tidak beres kita harus selesaikan bersama-bersama"

seorang pemuda yang satu lagi berlari menuju budi dan menahan tubuh budi dengan cengkraman, mengekang kedua lengan budi dari belakang. unique dan kuat agar budi tidak melakukan hal gila. pemuda yang mengunci pergerakan budi pun ber bisik

"budi !!! kau sudah gila. dia yang memasok dana untuk kita para petarung di club ini kenapa kau se anarkis ini"

budi yang masih kesal seperti ingin membunuh darsono. karna beliau begitu kekeh menahan uangnya. lalu budi pun membalas berbisik.
"ngapain kau jonoo mengunci pergerakan saya seperti ini, lepaskan saya cepat. kau tidak tau permasalahanya jono. dia tidak membayar upah saya dari 3 bulan yang lalu"

semakin budi emosi semakin kencang cengkraman jono. hingga akhirnya budi mengalah dan melemaskan tubuhnya, lalu mengurungkan niatanya untuk bertarung lagi. 

seorang pemuda berbadan paling kekar diruang tersebut menyeritkan dahinya. Ia sangat marah melihar keadaan darsono yang sedang babak belur. tak berpanjang cerita roy langsung menatap mata budi dan menghampirinya. 

"Budi bangshat! hanyan karna uang kau memukul ayah kita semua?. laknat kau budi!!." (semua petarung yang dekat dan akrab dengan darsono memanggil ia sebagai 'ayah')

pemuda itu pun berjalan mendekati budi
"semiskin ituh kah kau bud. hah? sampai memeras ayah"
roy mulai melangkah menuju budi. budi yang masih dalam pegangan jono, membujuk roy agar tidak emosi.

"tunggu dulu roy! kau tidak tau permasalahanya. saya tidak akan memeras siapapun!"
"upah tiga bulan lalu? uang apa itu bud hem..?"
roy mulai penasaran dengan tingkah budi yang kelewatan batas. tapi budi terus meyakinkan agar masalah pribadi ini tidak menyebar ke orang lain

"ini masalah saya dengan ayah, roy!. banyak hal yang kau tidak tau dan ini urusan pribadi" 

budi mencoba menjelaskan dengan nada yang santun agar roy tenang dan tidak terbawa emosi.
roy yang kesal perlahan lahan membuka kemejanya  dan dasinya. melilit-lilit kan dasi ke tangan kanan nya.

"tiga bulan lalu saat final champion nasional. kau kalah dengan saya kan bud. hadiah juara dua pun sudah kau terima? uang apa lagi yang kau minta dari ayah hah? jawab bangshat. kau hampir membunuh ayah, BODOH!!."

Roy yang tak sabar menahan emosi langsung meluncurkan bogem mentah menuju wajah budi. budi yang sedang dicengkram jono pun tak bisa menghindar
*glepak*
jono yang bingung dengan keadaan ini, langsung melepaskan lengan budi dan lari ke sudut. duduk bersama ayah.
"wet!! brantem . janjianya cuman  misahin ayah sama budi yah, roy!!. yah malah dia ngikut brantem.  tai! . susah dah masuk club brantem kek gini-nih . bodo amat lah. udeh tonjok ajeh. "

budi terjatuh pandanganya kabur dan ia merasa kunang kunang, akibat pukulan roy. tak sadar bahwa  lutut roy sudah menghantam perut budi, budi pun rukuk karna menahan sakit perutnya. blom sadar juga budi pun terkena hantam-an sikut yang tajam kebawah. hingga wajah budi membentur lantai. dengan keadaan tengkurep, budi memegang hidungnya untuk menahan rasa sakit.  karna budi merasa sakit sekali. blom sampai sana  ketika budi menghadap kesamping. roy menendang perut budi berkali kali".

"ayah adalah orang yang buat diri lu besar, anjing. "

 budi tergeletak dilantai dengan  darah yang mengalir dari hidungnya. pada tendangan belasan  budi menahan kaki roy. ia cepat mendapat focusnya kembali. ia menendang perut roy dari bawah .dengan ke focusan yang penuh, budi berhasil menghindari pukulan demi pukulan roy. pertarungan amat sengit, sampai keduanya ngos-ngosan karna lelah, akibat pergerakan perkelahian yang sangat cepat. Hindar satu pukulan dan terkena pukulan lainya. saling beradu bela diri. roy dan budi terus ber seteru. hingga akhirnya budi berhasil membanting roy menuju lantai dan meng-kunci tangan kanan roy, hingga roy merintih dan menyerah. tubuh roy yang tengkurep tak berdaya ketika tangan kanannya ditarik ke atas oleh budi. dan tangan kiri roy menepuk lantai. budi sambil mengonci roy. budi menggeserkan pandanganya menuju mata sang ayah club tinju tersebut.

"bapak darsono yang terhormat. tiga bulan lalu saya kalah dengan roy. tapi hari ini  keberuntungan ada pada saya. kirim uang saya segera atau kau kehilangan saya dan lengan anak kesayangan anda"

pak darsono tersenyum dan mengeluarkan hand phone dari sakunya

" sekak mat. oke saya menyerah. saya tidak sudi kehilangan kalian berdua terutama kehilangan tanganya roy. dasar bajingan tengik kau budi. uang mu sudah ku transfer. tolong lepaskan roy. dia sumber dana club ini. tangan sang juara harus dijaga."

budi pun melihat roy dan jono dengan seksama dan budi melepaskan tangan roy yang di piting tadi.

"roy maaf bila saya seperti ini. saya sangat butuh uang . jono bisa minta tolong ambilkan handphone saya"
"wah jadi seperti raja yah, habis piting orang"
"saya lemas sekali jon. kau sahabat ku kan?. atau kau mau ku piting ?"
"okey okey - maap, gak nyeletuk lagi"

Jono mengambilkan hand phone budi. dan budi me ngecheck saldo rekeningnya

"hemm sepertinya kurang 5 juta pak darsono, tapi tak papa. gunakan buat berobat ya pak tua dan ke tukang urut, agar lengan sang juara tetap dalam ke adaan prima . untuk kejuaran kedepanya"

roy menatap keji ke budi
"di lain waktu tangan kau yang kupatahkan"

"silahkan yang mulia roy. selagi ada waktu kita akan bertarung lagi. senang bertarung dengan mu. kau selalu jadi lawan yang hebat buat saya"

budi memberikan tangan untuk membantu roy beranjak berdiri. *plak* namun roy menolak, memukul tangan budi dengan tangan kirinya.

"kau sudah mendapatkan uangnya . silahkan pergi. saya sudah muak melihat wajah mu "
"ampun bang roy. siap saya bergegas pergi. jono kau mau ikut dengan saya gak ? . saya traktir donat deh nanti "
"donat mu yah? . tidakah,  saya tidak suka donat gosong"
"kurang ajar mentang mentang donat saya sedang kebakaran. ya donat yang lain lah"
"tapi saya berat meninggalkan mereka"
"mereka akan baik baik saja. namanya juga duit ga kenal sodara ya ayah, roy kami pergi dulu"

sebelum budi pergi meninggalkan ruangan tersebut. budi menghampiri pak darsono . budi jongkok dan merauk tangan pak darsono dan mencium tanganya (salim)
"maaf bila saya begitu keras. kuharap serakah mu tak menggelapkan mata mu. hari ini kau buat ku kecewa ayah"

pak darsono memeluk budi dengan erat "jangan buat foya foya yah. saya pelit demi kebaikan mu bud."
budi membalas dengan pelukan yang erat "siap ayah"

roy dan jono  saling tatap tatapan. bingung mengapa moment se kacau tadi bisa brubah menjadi suasana kekluargaan. selepas melihat itu jono pun dengan senang hati menemani budi keluar, karna penasaran.

"pak darsono saya menemani budi dulu kluar. maaf bila saya terlambat memisahkan budi yang sedang menggila. roy maaf tinggal dulu (jono memberikan tangan permintaan maaf)
pak darsono lalu melambaikan tangan ke mereka berdua sambil duduk lemah di pojokan.
"tidak papa jon antarkan saja dia. jangan sampai orang lain tau soal ini. dan jono jaga budi agar tidak memukul orang sembarangan "

budi yang sudah hampir keluar kembali nengok kebelakang dan menatap mata darsono
"ya saya akan memukul orang yang tidak bertangung jawab seperti ayah . saya pergi dulu ayah doakan agar pabrik donat ku membaik, dadah"
roy yang masih tidak terima kekalahan, hanya buang muka dan memegang lengan kanannya yang masih ngilu karna kuncian budi.
jono dan budi pun keluar ruangan.

selepas pundak budi menghilang dari pintu. Roy berbaring kelantai, memandang langit langit plafon dan memegang erat tangan kanannya.
"ada masalah apa ayah. knapa kau sampai menahan uang budi"
" saya saja yang serakah roy. saya ingin beli mobil baru hanya saja dia memintanya di waktu yang tidak tepat. saya fikir dia tidak sebutuh itu.  bodoh sekali saya menahan uangnya. ini pertama kalinya dia minta upahny seterpaksa itu"

roy bingung dan terkejut dan memandang tajam pak darsono
"jadi selama ini dia mengikuti kejuaraan, dia juara disana sini, memenangkan pertandingan jalanan dan saat kejuaran terakhir dia sampai final melawan saya. dia blom di bayar"
"haha tidak seperti itu roy. ya lebih tepatnya dia selalu senang membantu club ini (suka rela). tapi tetap saya selalu memberikan dia upahnya. 40% bahkan 10% dia terima dengan senang hati. baginya brapapun yang saya kasih, itu lah upahnnya, dia tidak pernah bertanya berapa uang yang seharusnya dia terima.  dia tidak sama seperti mu, roy."
"hey hey kau seperti orang tua kandung ku saja. saya tidak suka di banding bandingi"

pakdarsono menepuk pundak roy.
"bercanda roy hehe. semua orang berbeda-beda hal yang biasa kan?.  iya jujur saja roy  club ini banyak sekali kebutuhan. dia memang berniat untuk membantu club ini. kau tau dulu club ini bangkrut ratusan juta. karna saya begitu berani memindahkan club didaerah menuju ibu kota. hutang di bank untuk modal membangun club ini dan ternyata tidak sesuai ekspektasi saya tidak mampu bayar cicilan. bunganya membengkak. dan mencekik ekonomi club ini. "

roy yang bingung, lalu bertanya dengan penuh penasaran 
"lalu bagai mana kau bisa melunasi kekurangan itu pak tua?"
pak darsono tersenyum dan memegang pundak roy dengan kencang dan berbisik.
"dengan mengalahkan budi. saat final tiga bulan lalu"

roy yang shock, tiba tiba merintih kesakitan
"Haaaah APAAAA aaaaaark" 
pandangan roy tajam kedepan
"maksudnya gimana pak tua saya blom mengerti?"


Darsono pun menggaruk kepalannya sambil memasang muka tanpa dosa. ia berdiri dan berjalan merapihkan kekacauan selepas budi mengamuk di ruangan tersebut. 
"haha maaf maaf, tidak cerita sebelumnya. saat itu saya berusaha bawa kau ke final karna kalau kau sampai final itu peluang besarku untuk memenangkan uang yang banyak. saya menaruh judi besar untuk kemenangan mu"
"buat apa orang tua!!! bodoh, idiot"

Darsono menaruh mejanya yang terbilik ketempat semula, langsung menatap mata roy dengan tajam dan mengatakan.
"karna semua judi dipasang untuk kemenangan budi - kemenangan mu saat final itu 1:5 Roy. dan saya menaruh uang yang banyak untuk berjudi atas kemenangan mu. tentunya atas nama orang lain, agar tidak terlihat curang. setelah memasang judi tersebut, baru saya bujuk budi untuk mengalah"

roy langsung buang muka dan bergunjing.
"wah gila licik sekali kau orang tua!. kalau saya menjadi budi, saya akan membunuh mu bener-bener. Kau pantas dipukuli seperti tadi, orang tua!!"

pak darsono  berjalan menuju tubuh roy yang lemah terkulai di atas lantai. dan darsono meremas lengan kanan roy yang keseleo akibat kuncian budi.
"hemm mau bunuh yah .. udah kurang ajar kau yah dengan orang tua!"

roy merintih kesakitan
"yaaaaaaaa- iya ampun ayah, lepas-in maap!"


darsono melepaskan lengan roy dan beranjak berdiri bergegas merapihkan bangku yang sudah terlempar tadi ketempat semula.
"hah jadi berantakan ruangan ku gara-gara uang" pak darsono langsung mengalihkan pembicaraan.

roy masih kurang puas dengan cerita pak darsono yang tadi pun. melanjutkan percakapan itu.
"saya yakin budi tidak langsung terima rencana gila mu itu orang tua. "
"haha betul . dia memarahi saya habis habisan namun karena saya menjelaskan bahwa club ini hampir bangkrut, dia mulai mengerti.  tidak ada jalan lain, selain rencana ini. kita akan menanga mutlak. seperti rencana ku roy, kau dapat hadiah juara satu 50 juta. budi dapat 25juta. dan club kita 450 bagaimana cerdas bukan ?"
"Wah 9x lipat dari uang juara ku .. bener bener orang gila kau, pak darsono. pantas saja budi sangat lemah saat di final dengan budi yang tadi berbeda drastis. ternyata alasan dia sakit karna terlalu banyak latihan, hanya bohong blaka. saya menyesal mengatakan 'pecundang' untuknya"

pak darsono senyum senyum sendiri
"tapi itu semua perhitungan saya roy. ternyata budi orang yang sangat perhitungan juga. dia benci kekalahan, jadi uang kemenangan judi tersebut dia anggap uangnya juga. ibarat kata dia pinjamkan uangnya 450 juta tersebut buat kita. sewaktu waktu dia minta. uang tsb harus sudah ada ada"
"waaaah pantas dia seganas itu, ayah! kau jangan bangunkan singa yang sedang tidur dong. ngomong-ngomong dia bilang sebelumnya. 'sisa lima juta lagi' ? berarti kau transfer 445juta?
" tidak. saya hanya berikan 45juta, haha. dia selalu begitu roy  dia tidak peduli berapa upah nya sebenarnya. mungkin saja dia berfikir bahwa 50 juta sudah cukup buat dia"

roy senyum senyum sendiri. hatinya bersih. semua emosinya hilang seketika tentang budi
"budi memang benar benar bajingan kau!"
dan roy berbaring kembali. sambil menghela nafas lega.

#Diluar ruangan tempat jono dan budi ngopi dan makan donat#

budi yang sedang makan donat pun menjelaskan dengan gamblang tentang 'knapa iya bertindak gila'
"jadi begitu ceritanya jon kenapa aku bersi keras meminta uang. ternyata serakah sekali oran tua itu"
"GILA GILAAAAAAA KAU. PANTAS KENAPA JADI HARMONIS GITU TADI"
"sttt jangan triak -triak, sebetulnya saya tau semua upah ku berapa jon. tapi saya bilang ke ayah. bahwa sisanya buat club ini sajah, karna buat saya club tinju ini seperti rumah. kalau masih ada sisa sedekahkan buat yang membutuhkan "
" pantas saja pak tua itu memeluk mu hangat sekali. anak kembanggaan dia bukan roy ternyata kau bud hih ingin sekali saya memukul wajah mu. gemes!"

budi yang sedang memakan donat tersenyum dan menaruh donatnya kemeja. dan menepuk pipinya.
"pukulah sini. nih di pipi ini"
"ogah! Nanti dibales, ente kan kalo mukul ga kira-kira. nanti saya ga bisa nguap tiga hari haha. lalu kau tau 450 juta hasil judinya. knapa kau tidak minta semua"

budi pun menyeruput kopi , dan menaruhnya kembali. 
" haha tidak usah itu hanya gretakan ke orang tua itu agar tidak semena mena mengatur saya.  saya juga berpesan ke ayah. bayar hutang semuanya dan sisanya investasi  ke alat alat fitnes yang paling mahal. tapi ganti logo brand itu jadi brand abal-abal agar alat tersebut terlihat murahan "
"hey buat ape itu... "
"saya benci bayar pajak mahal jon. kalo duit udah ke pemerintah kadang nyebar nya ga transparant. kalo ke orang miskin kan jelas. kalo alat alat mahal di kasih brand murah Datanya jadi bisa dikecil-kecilkan. ga bayar pajak gede deh hehe "
"hemm ente curang dong, zolim. kalo ada sisanya dikemanain lagi"
"ya saya selalu bilang ke ayah. kalo ada sisa jangan buat foya foya sedekahin langsung. biar rezekinya muter terus"

budi pun memakan donatnya dan memandang tajam ke donat itu.
ini saya ga cerita agama ya jon. saya pernah baca buku. seorang atheis ajah beramal memberi rezeki kepada orang miskin. agar bisa mengurangi kekayaanya . semmakin banyak kekayaan semakin gede pajaknta, tapi lihat atheis itu hartanya gak abis-abis padahal dia sudah memberi banyak. ya menurutku tuhan adil lah. yang baik akan di balas dengan kebaikan."
"trimakasih atas ceramahnya bud"

budi senyum dan masih memandang donat yang dia makan.
"keren banget ya sayae? hehe"
"iya bud . saya bangga pada mu bud."
"saya juga bangga..,...."

blum selesai budi menyelesaikan kata. jono sudah menyambar omongan budi.
"halah bud, jono ini mah ga ada apa apanya ga harus dibanggain"
"apaan sih. orang pengen ngomong ' iya saya juga bangga, pada diri saya sendiri' yeeuu pede"
"bener-bener ku pukul kau yah bud!"
"nih haha (sambil menyentuh pipinya) tapi bales dua kali"
"gak!"

- diruang management clup tinju tempat roy dan pak darsono berbicara-


darsono menepuk pundak roy
"jadi dia memberi sebanyak itu bukan dia bodoh. tapi dia care tidak untuk buat club ini ajah tapi buat orang lain juga"

sambil memijat lenganya, roy merunduk dan merenung.
"jadi penasaran . sebetulnya budi itu siapa sih. kenapa dia masuk club ini. knapa dia mau menjadi orang sebaik itu. saya jadi ingin tau latar blakangnya dia sepertiapa"

roy berdiri dan membantu pak darsono merapihkan ruangan itu.
"apa yah tujuan besar, budi?"

lalu pak darsono menangis dan memandang langit langit ruangan.

"sebetulnya saya kenal anak ini dari kecil. bentar ku nyalakan cerutuku dulu, cerita ini akan panjang sekali, kau boleh duduk di bangku dulu roy".

roy merogoh kantongnya dan mengeluarkan korek zipo ternama
*crek crek cesss*


"gigit saja cerutu mu. biar saya yang bakar"
-------------------------------

No comments:

Post a Comment